Gandeng Dimo, Smartfren Resmi Revitalisasi Uangku

Ilustrasi (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) akhirnya resmi merevitalisasi layanan uang elektronik (e-money), Uangku, guna memperluas pangsa pasar dan menunjang pendapatan di masa depan.

Menggandeng PT Digital Money Indonesia, atau Dimo, pengguna Uangku kini bisa melakukan pembayaran menggunakan kamera ponsel untuk memindai QR Code. Bukan lagi memasukkan kode pin dan token yang dikirim via SMS.

Dimo didukung oleh sejumlah investor, dengan dukungan terbesar berasal dari SMDV, perusahaan investasi milik Sinar Mas. (Baca juga: Dimo dan Uangku)

“Sistem sekarang lebih mudah. Tak lagi mengirim SMS dan memasukkan token, kini cukup scan QR code yang disediakan merchant, otomatis membayar item yang dimaksud,” ujar Head of Uangku, Smartfren Steven Shih, kemarin.

Dijelaskannya, pengguna harus menginstal aplikasi Uangku, tersedia di Android dan iOS. Kemudian minta tagihan pembayaran dengan QR code ke merchant yang mendukung. Lalu buka aplikasi Uangku, pilih “Pay by QR”, dan arahkan kamera ponsel ke QR Code tadi.

Usai scan kode yang berbentuk persegi, di layar akan muncul popup untuk mengkonfirmasi pembayaran. Dan selesai. Proses transaksi menjadi lebih cepat dan mudah, dibandingkan sistem token.

Adapun merchant yang sudah mendukung pembayaran dengan QR Code berjumlah 157 brand, dengan sekitar 350-an outlet. Di antaranya adalah Century, D’Cost, Solaria, Haagen Dazs, Old Town, Sarinah, Snapy, dan lain-lain.  

Tak hanya untuk pembelian barang. Uangku juga bisa digunakan untuk pembayaran tagihan listrik, tagihan telepon rumah, tagihan internet dan TV kabel, serta isi pulsa.

Selain dengan Smartfren, Dimo Pay juga bermitra dengan Dompetku dari Indosat Ooredoo dan Simobi dari Bank Sinarmas dan Z-Pay. Selanjutnya, Dimo juga tengah dalam proses mengaktifkan layanan Doku, Mega mobile, dan Bank Danamon. Skema monetisasi Dimo adalah revenue sharing, dengan rataan biaya 1-1.5% per transaksi.

CEO Dimo Brata Rafly menjelaskan peluang Dimo memasuki bisnis fintech didorong rendahnya penetrasi produk perbankan di masyarakat, termasuk kartu kredit, dan tingginya kepemilikan smartphone di Indonesia.   

“Kami pilih QR karena ini teknologi yang paling murah, sudah tersedia tanpa memerlukan infrastruktur tambahan, dan edukasi penggunaannya lebih mudah karena QR sendiri sudah mulai umum digunakan untuk kemudahan akses tautan situs. QR sendiri merupakan skema pembayaran yang umum digunakan di Tiongkok dan Korea Selatan. Alipay misalnya, menggunakan QR sebagai metode utamanya,” katanya.

Diharapkannya, Pay by QR bisa tinggal landas secara agresif dengan mengembangkan infrastruktur, meningkatkan jumlah merchant, dan menambah partner pemilik sumber transaksi (issuer) agar terwujud cashless society di masa depan.(id)