Di era 4G, Waspadai Aksi Smartfren

Merza Fachys (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Era 4G yang telah masuk pasar Indonesia menjadikan industri seluler kian kompetitif.

Saat ini pemain yang membawa layanan 4G adalah Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Bolt!, dan Smartfren.

Tiga pertama mengandalkan FDD LTE di frekuensi 1.800 MHz dan 900 MHz, sementara Bolt! bermain dengan TDD LTE di frekuensi 2,3 GHz. Hanya Smartfren yang bermain FDD LTE dan TDD LTE karena memiliki alokasi frekuensi 850 MHz dan 2,3 GHz.

“Secara alokasi frekuensi Smartfren kompetitif. Belum lagi tempaan selama ini bermain dengan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) yang harus membangun ekosistem. Kalau bicara trabsfromasi menjadi Digital Company, Smartfren paling siap,” ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara dalam diskusi akhir tahun IndoTelko Forum “4G, What’s Next” kemarin.

Menurutnya, Smartfren juga memiliki keuntungan tak menanggung layanan legacy (CDMA) terlalu berat layaknya pemain GSM dimana pengguna 2G masih harus dilayani. “Mereka bisa langsung gas penuh ke 4G. Apalagi pelanggan CDMA-nya sudah biasa main data,” katanya.

Diibaratkan Pria yang akrab disapa RA itu, Smartfren seperti Softbank di Jepang yang itu berangkatnya bukan dari operator legacy. “Kalau dilihat yang bisa mirip-mirip Softbank itu Smartfren. Mereka ada pengalaman bangun ekosistem digital di CDMA,” katanya.

Paling Berat
Pada kesempatan sama, Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan perseroan justru mendapatkan tantangan paling berat di era 4G karena tak hanya memindahkan jaringan tetapi juga pelanggan.

“Kami ini pindah frekuensi, kalau teman-teman di GSM hanya tata ulang alokasi. Kita seperti terlahir kembali dengan 4G,” katanya.

Dikatakannya, saat ini Smartfren masih mengelola jaringan 4G dan CDMA. “Ini tantangannya berat secara teknologi dan budaya. Tapi kami tak menyerah,”pungkasnya.(id)