Saturasi Pelanggan Data Bisa Lebih Cepat?

Ilustrasi (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Indonesia diprediksi akan mengalami saturasi pelanggan data lebih cepat seiring datangnya era 4G dan tingginya adopsi smartphone.

“Sekarang saja Telkomsel memiliki 150 pelanggan  dimana sekitar 60 juta diantaranya pengguna data. Kalau di layanan suara dan SMS sudah saturasi dengan penetrasi 141% dari populasi, sekarang layanan data penetrasinya sudah 50%,” ungkap Direktur Jaringan Telkomsel Sukardi Silalahi dalam diskusi IndoTelko Forum, “4G, What’s Next?” kemarin.

Diprediksinya, jika layanan suara dan SMS penetrasinya melebihi populasi butuh waktu sekitar 10 tahun, maka di layanan data tak lebih dari satu hingga dua tahun ke depan.

“Saya rasa di Telkomsel saja satu hingga dua tahun kedepan bisa double jumlah pelanggan data. Kalau sudah begini, game plan bukan di konektifitas, tetapi  digital life. Role model dari operator yang sukses sebagai Digital Company itu Softbank di Jepang,” ulasnya.

Kunci Sukses
Ditambahkan Pria yang akrab disapa SS ini, ada tiga kunci sukses untuk industri digital berkibar di Tanah Air yakni isu regulasi, teknologi, dan budaya.

“Regulasi sudah oke. Teknologi kita tak ada masalah. Paling berat itu di budaya. Bagaimana memperkenalkan teknologi ke masyarakat,” katanya.

President Director & CEO Indosat Alexander Rusli menambahkan, hal yang paling berat memang membawa pelanggan ke layanan digital. “Kalau dari pengalaman, begitu mereka terkoneksi dengan data, tak bisa lepas lagi. Tetapi membawa mereka terkoneksi itu tantangannya,” katanya.

Sementara VP Netrwork Ericsson Indonesia Ronny Nurmal mengungkapkan, Indonesia salah satu negara yang memimpin pertumbuhan pengguna internet di kawasan Asia.  “Akan ada peningkatan jumlah pelanggan dan data sampai 2018-2021 sekitar 30% pengguna smartphone,” katanya.

Menurutnya, tantangan dari operator adalah  menyediakan jaringan yang mampu membawa trafik data yang sedemikian besar dan tambahan jumlah peanggan. “Konten video akan banyak nanti, ini pekerjaan berat bagi operator. Belum lagi memikirkan memonetisasi trafik menjadi pendapatan,” katanya.

Disarankannya, untuk bisa mengkonversi trafik menjadi keuntungan, operator mempermudah pelanggan mengakses layanan data,  membuat semua perangkat terkoneksi data, dan mendukung  multiservices di luar layanan seluler.

“Di Amerika Serikat ada operator bekerjasama dengan penyedia video streaming untuk layanan surveillance. Selain itu dipikirkan juga two sided business model dengan menarik mitra dari sektor lain,  serta meningkatkan kemampuan jaringan,” jelasnya.

Sedangkan Pengamat Telekomunikasi Koesmarihati Koesnowarso mengingatkan, broadband tak melulu soal pengguna mobile. (Baca juga: Pelanggan Broadband di Telkom)

“True broadband itu di Fixed Broadband. Kalau di seluler, kita lihat kenyataan sekarang ini jumlah smartphone itu 30% dari jumlah pengguna handphone, tapi internet itu nggak hanya mobile termasuk fixed jadi nggak bener itu sudah nembus angka  seratus juta pelanggan,” katanya. (Baca juga: Pelanggan data di Indonesia)

Menurutnya, jika dilihat seksama dari kartu yang aktif, walau ada 300 juta SIM Card yang aktif, pelanggan unik hanya 100 juta orang. “Saya hanya punya satu ponsel tapi bisa masuk empat atau tiga SIM Card. Sehingga kalo dikatakan saturated bisa cepet di data, itu debatable,” tegasnya.(id)