Saatnya Memacu eCommerce

Ilustrasi (dok)

Deloitte Access Economics baru saja merilis data terbaru tentang dampak transformasi yang dilakukan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) ke dunia digital (Goes Digital).

Dalam kajian itu terlihat penetrasi UKM yang go online atau melibatkan bisnisnya secara digital masih rendah.

Deloitte melakukan studi wawacancara kepada 437 UKM Indonesia dengan metode setengahnya melalui panel online dan sisanya melalui tatap muka secara langsung. UKM yang diwawancarai merupakan perwakilan dari semua kategori bisnis online.

Studi mewawancarai pelaku UKM yang berasal dari 6 kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Makassar. Studi menemukan hampir tiga perempat UKM Indonesia masih belum melibatkan bisnisnya secara digital.

Disebutkan lebih dari sepertiga UKM Indonesia (36%) masih menjalankan bisnisnya secara offline, sepertiga UKM lainnya (37%) memang memiliki kemampuan online dalam bisnisnya, tapi itu sangat mendasar yaitu ada akses internet cepat (broadband), punya komputer atau smartphone tapi keberadaann online mereka statis.

Hanya 18% UKM Indonesia yang punya kemampuan online menengah yaitu melibatkan media sosial, live chat yang terintegrasi di situs jejaring sosial dalam bisnisnya. Kurang dari 9% bisnis online lanjutan dengan kemampuan perdagangan elektronik (eCommerce) yang memiliki konektivitas canggih, jejaring sosial terintegrasi.

Dari riset yang dilakukan Deloitte Access Economics menyatakan jika hasil penelitian ini diaplikasikan kepada usaha kecil berdasarkan data untuk laporan ini (dengan rata-rata pendapatan Rp 1,4 miliar per tahun), maka bisnis yang masih berada di luar jaringan atau luring (offline) bisa mengalami kenaikan pendapatan sebesar Rp 140 juta dalam satu tahun. Itu pun jika bisnis tersebut memiliki kemampuan bisnis dalam jaringan atau daring (online) lanjutan.

UKM dengan kemampuan online dasar dijelaskan memiliki pendapatan sekitar 6%  lebih besar dari pelanggan internasional, dibandingkan dengan UKM offline. Survei menunjukkan UKM offline hanya memiliki pertumbuhan pendapatan 11%, sedangkan UKM online punya pertumbuhan 23%-80%.

Kondisi Riil
Sementara itu dari kondisi riil di lapangan menyatakan pelaku usaha yang hanya mengandalkan kegiatan offline mengalami penurunan pendapatan hingga 40% karena tersungkurnya nilai tukar rupiah.

Sinyal ini terungkap dimana data lembaga penyalur pinjaman menyatakan simpanan tetap cenderung naik 20%, pinjaman menurun. Pinjaman biasanya  digunakan  untuk kegiatan produktif maupun konsumsi.     

Padahal, dalam kajian yang dilakukan Deloitte Access Economics menyatakan meningkatnya keterlibatan UKM secara digital bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2%.  Diprediksi, banyaknya UKM Goes Digital akan mendorong Indonesia menjadi negara yang berpengasilan menengah pada 2025.

Untuk menjadi negara kelas menengah tersebut, Setidaknya pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia harus menjadi 7%.
Hal ini berarti jika UKM Goes Digital dipacu, Indoensia akan maju karena sejauh ini rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama satu dekade Indonesia yaitu 5% per tahun.

Saat ini data pemerintah menyebutkan jumlah UKM di Indonesia mencapai kisaran 50 juta pelaku. Sementara data Google menunjukkan, ada 8 juta UKM yang potensial. Data UKM versi Google ini, yaitu UKM yang sedikit formal dan bisa berpeluang untuk go online.

Dari paparan survei dan kondisi riil di lapangan di atas, sudah saatnya pemerintah mempercepat selesainya road map eCommerce agar UKM percaya diri untuk Goes Digital.

Road map tersebut diharapkan menjadi acuan dari semua regulasi yang akan dikeluarkan instansi pemerintah aga ekosistem yang sehat untuk berusaha secara online bisa menjadi salah satu penopang perekonomian.

@IndoTelko