Urusan Iklan, Traveloka Saingi Produk Rokok

Ilustrasi (Dok)

JAKARTA (IndoTelko) –  Pada bulan Mei lalu, portal Online Travel Agent (OTA), Traveloka, mampu menyaingi perusahaan rokok Djarum dalam urusan belanja iklan di TV lokal terestrial nasional.

Hasil riset yang dilakukan oleh AdsTensity menunjukkan, sedikitnya di 13 televisi nasional Djarum menghabiskan dana iklan sekitar Rp 272,924 miliar sepanjang Mei 2015. Sedangkan Traveloka memasang iklan TV (TVC)  paling sering diantara seluruh brand yang beriklan.

AdsTensity adalah aplikasi riset mengenai iklan televisi yang dibesut PT Sigi Kaca Pariwara. Djarum menduduki dua besar diantara 10 besar pembelanja iklan, yakni Djarum dan Djarum Super Mild. Total belanja iklan di seluruh televisi yang bernilai total Rp 6,494 triliun sepanjang Me lalu..Secara keseluruhan Djarum mengeluarkan dana sekitar 4,19% dari total belanja iklan.

Meski mengeluarkan biaya paling tinggi, namun jumlah TVC yang paling banyak tayang justru Traveloka. Total TVC yang ditayangkan Traveloka, sebanyak 5.345 kali. Atau rata-rata per hari 172,419 TVC (identik dengan 7,18 kali per jam).

Ada dua tayangan andalan Traveloka yakni video orang yang tergesa-gesar mencari tiket mengejar pesawat, dan video cewek bungy jumping dan mendarat di kasur kamar hotel yang empuk.

Kedua TVC ini sama-sama menjual download aplikasi (Apps) mobile Traveloka. Yang menjadi pertanyaan, dengan jumlah TVC yang banyak tapi tidak bisa mengalahkan Djarum dalam belanjanya, karena kedua TVC Traveloka tersebut durasinya hanya 15 detik, sedangkan Djarum mayoritas 30 detik.

Secara bujet, Traveloka kurang dari 1/3 total belanja Djarum, sekitar Rp 77,18 Miliar. Naiknya Djarum di posisi spending terbesar ini menggantikan Sampoerna yang pada kuartal pertama (Januari-Maret) mendominasi spending iklan TV sekitar Rp 223 miliar (untuk 3 bulan).

Selain Djarum, pembelanja kedua adalah Pond’s dari Unilever sebesar Rp 97,174 miliar, sedangkan nomor 4 dan 5 Marjan Rp 82,34 M dan Marjan Coco Pandan Rp 77,18 M, baru diikuti Traveloka sebesar Rp 77,18 M. Diperkirakan bulan depan Marjan dan beberapa perusahaan/brand makanan akan naik significant karena bersamaan dengan bulan Ramadan.

Untuk penerima iklan terbesar, kembali dikuasai oleh RCTI dengan pendapatan Rp 932,217 milar. Urutan kedua SCTV dengan total Rp 898,34 miliar, ketiga Indosiar sebesar Rp 777,12 miliar.

Secara total pendapatan MNC Grup milik Hari Tanoe memperoleh pendapatan sebesar Rp 2,234 triliun, atau menguasai pangsa pasar 34,4% dari total seluruh grup televisi. Angka ini sumbangan dari RCTI, Global TV, dan MNC TV.

Sementara Emtek Grup melalui SCTV dan Indosiar menguasai pangsa pasar kedua dengan 25,8% atau total Rp 1,675 Triliun. Grup konglomerasi Bakrie dengan ANTV dan TV-One mendapatkan share iklan 16,22% senilai Rp 1,053 triliun, sedangkan

Trans Corp melalui Trans7 dan TransTV mendulang 15,1%. Tahun ini Trans Corp tidak sekemilau seperti tahun 2013 yang berjaya sampai sempat menguasai 40% pendapatan iklan.

Walau di peringkat kedua, acara-acara SCTV dan Indosiar dari grup Emtek mendominasi program siaran yang paling diminati. SCTV Sinetron dan Konser Final Dacademy adalah dua mata acara paling hot.

SCTV Sinetron dapat iklan sebesar Rp 368,439 miliar (8.811 TVC) di urutan pertama, sedang Konser Final Decademy mendapat Rp 257,552 miliar (5.131 TVC), sedang di tempat ketiga Layar Drama Indonesia (RCTI) dengan pendapatan Rp 257,447 miliar (6.072 kali tayang TVC).

Posisinya mepet sekali antara acara Dacademy (Dangdut Academy) dengan Layar Drama, kalau dilihat dari jumlah tayangan TVC maka harga di RCTI lebih murah dibanding Dacademy.

Adstensity melakukan perekaman seluruh iklan televisi di 13 stasiun utama (mianstream) antara lain RCTI, SCTV, Indosiar, MNC Tv, TransTV, Trans7, Global Tv, MetroTv, TvOne, ANTv, KompasTv, Tv Net, dan TVRI.

Dari seluruh iklan tersebut dicatat volumenya dan harganya sesuai dengan yang dipublikasikan (publish rate). Sehingga nilai yang ada adalah brutto karena tidak diketahui diskon yang hanya terlibat antara brand dan pemilik station. Kecuali itu juga tidak termasuk iklan tv dalam bentuk running text, supper imposse, atau blocking time.

“Dengan AdsTensity para pemilik brand dalam berbelanja, akan bisa mengukur ROI secara lebih bagus, dengan membandingkan nilai investasi dengan rating yang dihasilkan selama ini,” kata Direktur Sigi Kaca Pariwara, Sapto Anggoro.(ak)