Tower Bersama Siapkan Belanja Modal Hingga Rp 2,5 triliun

Manajemen Tower Bersama (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyiapkan belanja modal sekitar Rp 2 triliun hingga Rp 2,5 triliun untuk membangun sekitar dua ribu menara tahun ini.

“Kami mengincar tambahan tenant sekitar 2.500 tahun ini. Saat ini kami memiliki 18.836 menara  dan11.873 situs telekomunikasi, 941 situs shelter dan 64 jaringan DAS,” ungkap Direktur Keuangan Tower Bersama Helmy Yusman Santoso, kemarin.

Diungkapkannya, menara yang akan dibangun perseroan dominan atau 90% adalah  ground based (kaki empat), sisanya microcell pole atau roof top.

“Dana pembangunan kita usahakan dari kas internal. Tahun ini kita tidak bagi dividen, sekitar Rp 10 miliar untuk cadangan umum, sementara Rp 1,9 triliun dianggap laba ditahan. Selain itu kita ada fasilitas pinjaman sekitar US$ 350 juta,” katanya.

Dijelaskannya, perseroan menunjukkan pertumbuhan yang menyakinkan sepanjang lima tahun terakhir dengan CAGR 41,7%, alias lebih  baik dibanding industri maupun kompetitor.

“Sekitar 82,6% penyewa kita operator Tier-1 atau empat besar. Kami sudah tidak catat lagi Bakrie Telecom sebagai penyewa, kita tinggal tunggu mereka right issue untuk tukar utangnya sebagai saham. Kontribusi Bakrie Telecom itu kecil bagi kami, hanya 3%,” paparnya.

Presiden Direktur Tower Bersama Herman Setya Budi menambahkan, selain mengandalkan pertumbuhan organic, perseroan tetap menjaga katalis dari anorganic.

“Kalau ada operator yang lepas menara, kami ikut tendernya. Operator konsolidasi pun tak menyurutkan bisnis menara. Efeknya hanya di jangka pendek, jangka panjang kalau keuangannya sehat, pasti nambah kapasitas artinya itu sewa menara,” katanya.

Helmy mengatakan, dalam mengakuisisi menara milik operator atau penyedia menara yang diperhatikan masalah jumlah penyewa dimiliki dan lokasi.

“Tahun lalu kami ikut tender menara XL, tetapi hitungannya tidka masuk dengan dua kriteria yang saya sebutkan. Kalau XL mau lepas lagi menaranya di tahap kedua, kita lihat dulu. Kalau cocok, kenapa tidak,” jelasnya.

Lebih lanjut Helmy mengatakan, perseroan pada tahun ini ingin mengurangi porsi utang. Andalannya melalui refinancing. Utang yang akan di-refinancing sebesar US$ 650 juta (Rp 8,5 triliun). Dananya diambil dari penerbitan global bond yang nilainya secara total mencapai US$ 500 juta. Dari total US$ 500 juta tersebut, perseroan akan mengalokasikan sebesar US$ 285 juta untuk bayar utang yang akan jatuh tempo pada November 2015.

Perseroan juga sepakat untuk melakukan pembelian kembali saham perseroan alias buyback. sebanyak-banyaknya sekitar 5% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor atau 236 juta lembar saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pembelian kembali saham dapat dilakukan melalui bursa efek dan persetujuan ini berlaku untuk jangka waktu 18 bulan.

Besarnya dana yang disisihkan dalam rangka pembelian kembali saham adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 2,2 triliun termasuk biaya transaksi, biaya pedagang perantara dan biaya lainnya sehubungan dengan transaksi pembelian kembali saham perseroan.(dn)