Pertaruhan Operator di Digital Services

Ilustrasi (Dok)

Selama bulan Mei 2014 ini ada kegiatan operator yang pantas disimak. Para pemain yang selama ini banyak bermain Halo-halo atau mengirim pesan dan data ini mengumumkan keseriusannya di bisnis digital services.

Simak saja aksi dari Indosat yang mengumumkan penyediaan dana sebesar US$ 50 juta bekerjasama dengan Softbank guna membantu perusahaan startup mengembangkan bisnisnya. Dana sebesar itu disebut dengan dana SB ISAT.

Dana ini akan digunakan untuk pengembangan perusahaan-perusahaan terdepan di Indonesia yang bergerak dibidang e-commerce, digital dan social media dan layanan keuangan mobile.

Indosat akan menjadi investor utama pada penggunaan dana tersebut. Dana ini akan dikelola oleh tim investasi professional baik dari dalam dan luar negeri dari Softbank sebagai mitra.

Indosat sendiri telah mengumumkan  unit kerja Layanan Digital yang akan fokus pada pengembangan layanan seperti mobile advertising, e-commerce serta jasa keuangan dan pembayaran mobile.

Unit kerja Layanan Digital Indosat juga akan bekerjasama dengan unit layanan digital dari grup Ooredoo sebagai induk perusahaan Indosat untuk  meningkatkan kemitraan serta jaringan global termasuk kerjasama dengan Rocket Internet, dan membantu meningkatkan layanan dan investasi di seluruh perusahaan grup Ooredoo di 17 negara.

Sejauh ini, Unit kerja Layanan Digital Indosat ini telah mengelola layanan keuangan mobile Indosat yaitu Dompetku dan juga menyediakan layanan iklan mobile yaitu i-klan.

Sementara itu, XL yang telah berkecimpung di bisnis digital sejak  dua tahun lalu mulai mengoperasikan lapak Gudang Aplikasi. XL bahkan membentuk direktorat untuk mengelola bisnis digital dan menargetkan bisa menguasai 30% pangsa pasar nasional digital services nantinya.

Tak mau ketinggalan, Grup Bakrie pun kian agresif masuk ke pasar aplikasi pasca berinvestasi di Path belum lama ini. Melalui PT Viva Media Baru, lahirlah layanan Over The Top (OTT) VivaAll.

Viva Media baru adalah anak  usaha PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) yang mengantongi lisensi hak siar Piala Dunia 2014. Grup Bakrie berharap pelanggan esia yng dikelola Bakrie Telecom bisa meningkat dengan adanya layanan ini.

Melihat aksi dari pesaing, Telkomsel pun menegaskan ingin menguasai pasar digital services yang bisa menembus Rp 10 triliun pada 2015 mendatang.

Layanan digital yang dibidik Telkomsel terdiri dari digital advertising, digital lifestyle, digital payment dan perbankan, serta digital SME solutions. Telkomsel membidik digital services berkontribusi 24% bagi total omzet.

Jika  dilihat, ada dua pendekatan yang dilakukan operator dalam menggarap pasar aplikasi. Pertama, membangun sendiri aplikasi sehingga akhirnya menguasai dari hulu hingga hilir bisnis. Kedua, menggandeng ekosistem dan lebih mengambil posisi sebagai pendamping.

Strategi mana yang akan berhasil? kita lihat saja nanti.

@IndoTelko