Andry Huzain: Platform Mobile Jadi Mesin Pertumbuhan Lazada

dok. Lazada

JAKARTA (Indotelko) - Setelah 2 tahun menggelar lapak online di Indonesia, Lazada mengaku siap menapaki bisnis e-commerce untuk tahun-tahun berikutnya dan akan terus mempertahankan prestasi menjadi penyedia layanan online shopping terbesar di Indonesia. Adalah Andry Huzein, yang akan bertanggung jawab memperbesar Lazada melalui ranah mobile. Didapuk menjadi VP Mobile Commerce Lazada, Andry Huzein memiliki banyak pekerjaan rumah. Termasuk di antaranya menjadikan mobile sebagai pemicu pertumbuhan pengguna Lazada di Indonesia.

Pengalamannya sebagai COO di PlasaMSN dan juga Direktur Commerce & IT di salah satu portal ternama di Indonesia membuat Andry dipercaya untuk membawa Lazada menjadi penyedia layanan mobile shopping yang tak tertandingi.

Lalu bagaimana strategi dan rencana ke depan untuk mewujudkan semua itu? Berikut wawancara Indotelko dengan Andry Huzein.

Bagaimana Anda menilai bisnis e-commerce di Indonesia?
Pasar Indonesia cukup reseptif dibandingkan dengan negara lain. Jika kita lihat statistik setiap harinya, pasar Indonesia cukup bagus. Apalagi ranah mobile merupakan hal yang sudah tidak terpisahkan dari penggunanya. Dari 72% sampai 84% pengguna internet di Indonesia yang menggunakan smartphone, hanya 40% yang diidentifikasi mengakses Lazada dari smartphone. Namun itu data yang tahun lalu. Bulan Januari kemarin, angka aktivitas pengguna smartphone yang mengakses Lazada mencapai 53%.

Berapa jumlah pengguna Lazada saat ini?
Belum banyak data yang bisa saya share. Namun intinya, dari 2 orang pengguna internet di Indonesia, salah satunya pasti pernah menggunakan Lazada. Cukup besar. E-Commerce nomor satu saat ini di Indonesia.

Bisa dibilang sudah mengalahkan 'tetangga sebelah'?
eCommerce itu beda-beda. Ada yang B2C, ada yang C2C. Kami masuk kategori yang B2C, jualan dan manage warehouse sendiri. Di segmen itulah kami saat ini teratas.

Mengapa B2C? Tidak berani bersaing dengan eCommerce C2C?
Bersaing pasti berani. Nanti kami juga arahnya ke sana. Sama seperti ElevenStreet yang di Korea, mereka juga awalnya B2C. Mengapa kami fokus di B2C dulu? karena kami ingin memastikan kendali kualitas produk sehingga benar-benar terjaga.

Kendala eCommerce di Indonesia?
Nomor satu adalah logistik. Tapi itu sudah bisa kita atasi. Lazada juga punya armada sendiri, khususnya di Jabodetabek. Kedua adalah payment gateway yang berujung pada consumer trust. Namun beberapa tahun belakangan sudah membaik. Hampir semua platform pembayaran kami cover, mulai dari transfer lewat ATM hingga cash on delivery (COD). Pengguna memang paling banyak menggunakan sistem pembayaran COD, sedangkan populer kedua adalah sistem transfer bank atau via ATM.

Bagaimana Lazada menyikapi pemain ecommerce baru bawaan operator telekomunikasi?
Tidak ada salahnya. Mereka punya infrastruktur, basis pelanggan, brand yang bagus. Untuk membuat layanan mereka lebih menarik, mau tidak mau mereka harus menggandeng layanan di atasnya. Itulah industri telekomunikasi, mereka terus berkembang. Yang penting layanan voice dan data mereka terpakai.

Apakah akuisisi/join venture menjadi jaminan satu eCommerce menjadi terbesar?
Potensinya ada. Pasti itu.

Berapa banyak pengakses Lazada dari ranah mobile saat ini?
Yang jelas, kami sudah persiapkan Lazada bisa diakses di platform mana saja. Smartphone apps, tablet, bahkan feature phone karena 50% pengguna Lazada mengakses dari mobile. Secara mengejutkan, pengakses Lazada mobile kebanyakan dari feature phone yaitu Symbian S40. Pengguna Lazada yang mengakses dari feature phone mencapai 20% dari total pengguna. Sedangkan dari apps hanya 4-5% saja tapi mereka menyumbang aktivitas sebesar 50%.Pengguna smartphone lebih banyak beraktivitas di Lazada dengan waktu browsing yang lebih lama ketimbang feature phone.

Jadi misi ke depannya?
Misinya sederhana, yaitu membuat Lazada ada di semua halaman pertama ponsel pengguna seluler di Indonesia. Ujung-ujungnya adalah kepuasan pelanggan. Mau di apps, mobile web atau desktop, kami ingin memuaskan pelanggan dari ranah manapun. Bisa diakses dengan mudah dimana saja.

Strateginya?
Pengguna seluler di Indonesia jenisnya banyak. Pengguna smartphone lebih suka pakai aplikasi. Kami sediakan itu. Ada yang punya smartphone tapi tidak suka apps, kami sediakan lewat mobile web. Untuk para pengguna feature phone, kita punya mobile web yang lebih ringan ukurannya. Yang terpenting, para pengguna bisa melakukan banyak aktivitas di Lazada mobile, baik itu hanya mencari harga, mencari spesifikasi produk, atau hanya melihat-lihat tanpa melakukan transaksi. Kami menyediakan situs pembelian yang komplit sehingga untuk mendapatkan awareness para pengguna ponsel hanya tinggal menunggu waktu.

Terobosan Lazada tahun ini?
Setelah meluncurkan apps untuk Android dan iOS, kami akan meluncurkan untuk platform WIndows Phone yang akan live di bulan Mei tahun ini, dan Blackberry di akhir Q3 tahun ini. Selain itu kami juga akan meluncurkan marketplace dalam waktu dekat untuk C2C. Beberapa merchant telah bergabung dan meramaikan marketplace ini. Ujung-ujungnya, user lah yang akan diuntungkan dalam hal ini.

Target pertumbuhan jumlah pengguna Lazada tahun ini?
Saat ini bisa dibilang setengah dari pengguna internet pasti menggunakan Lazada. Tahun depan kami targetkan naik, seiring dengan kenaikan jumlah pengguna internet di Indonesia. Paling tidak 3/4 dari pengguna internet.

Beda marketplace Lazada dengan provider ecommerce c2c lain?
Kami sudah memiliki operasional yang tangguh, termasuk sistem payment terpercaya dan logistik yang tidak diragukan. Customer suppor kami juga besar dan paling responsif, masuk ke ranah sosial media mana saja dan menggunakan instant messaging apapun. Jadi operasi dasarnya di Lazada sudah kuat. Infrastruktur sudah pasti akan kami tambah, seperti server, seiring dengan mulai padatnya trafik Lazada.

Kompetitor yang harus diwaspadai Lazada?
Tidak ada.

(ss)