Smartfren: Kinerja Kami Terus Membaik

Rodolfo Pantoja (Dok)

JAKARTA (IndoTelko)  - Kolaborasi antara PT Smart Telecom dan PT Mobile-8 Telecom pada 2011 lalu mulai membuahkan hasil di penghujung 2013 lalu.

Mengusung merek dagang Smartfren, pemain berbasis Code Division Multiple Access (CDMA) yang di bursa saham dikenal dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) ini mengklaim berhasil menekan kerugian operasional yang dideritanya sepanjang 2013 hingga 82% dibandingkan posisi 2012.

Capaian ini berhasil  diraih setelah sejak 2011 digelontorkan dana investasi sekitar Rp 3,5 triliun.

"Kinerja dari Smartfren terus membaik dalam tiga tahun terakhir ini. Kami sudah berada di jalur yang benar. Kolaborasi kedua perusahaan ini membuahkan hasil yang positif,"  ungkap Presiden Direktur Smartfren Telecom Rodolfo Pantoja di Jakarta, Rabu (5/3).

Diungkapkannya, perseroan selama 2013 berhasil meraih sekitar 11,3 juta pelanggan dimana sekitar enam juta adalah pelanggan  data. "Ini menunjukkan strategi untuk fokus di data dengan memanfaatkan keunggulan frekuensi yang dimiliki sudah tepat," tegasnya.

Direktur Smartfren Anthony Susilo mengungkapkan, perseroan selama tiga tahun terakhir berhasil menekan kerugian operasional dan di kuartal kedua 2014 diperkirakan mulai  mereguk nikmatnya laba operasional.

"Perusahaan itu yang dilihat Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA). Kami dalam tiga tahun terakhir ini berhasil menekan kerugian operasional secara drastis," jelasnya.

Dalam catatannya, pada 2011 perseroan mengalami EBITDA Loss sekitar Rp 1,171 triliun, di 2012 turun menjadi Rp 548 miliar, dan di 2013 diperkirakan  hanya di kisaran Rp 100 miliar hingga Rp 150 miliar.

"Kami menjaga kenaikan beban operasional itu tak besar, sementara pertumbuhan pendapatan dipacu lebih tinggi. Pada 2013 itu  pendapatan sekitar Rp 2,4 triliun naik sekitar 40% dibandingkan 2012 sebesar Rp 1,64 triliun. Sementara beban operasional dikontrol naik 10%-15%," jelasnya.

Diharapkannya, pada tahun ini pendapatan dari perseroan bisa tumbuh 40%-50%  dibandingkan realisasi 2013 dan kenaikan beban operasional tetap dalam kondisi 10%-15% sehingga keuntungan operasional bisa diraih pada kuartal kedua 2014.

"Kita siapkan dana sekitar US$ 100 juta hingga US$ 120 juta untuk belanja modal yang digunakan memperkuat jaringan dan kegiatan lainnya. Pendanaan berasal dari pinjaman bank luar negeri,"  jelasnya.

Dua sumber pendanaan yang bisa diandalkan yakni China Development Bank Corporation dan First Anglo Financial Pte Ltd.Perseroan masih memiliki fasilitas pinjaman dari China Development Bank sekitar US$ 50 juta dan dari First Anglo sekitar US$ 20 juta. Sisa belanja modal akan ditutupi dari kas operasional.

Deputy CEO Smartfren Djoko Tata Ibrahim menambahkan, perseroan akan fokus berjualan paket smartphone dan layanan data."Kita akan impor sekitar 4 juta smartphone yang bisa mendukung program bundling. Nilainya sekitar US$ 300 juta hingga US$ 400 juta. Ini naik dibandingkan 2013 dimana kita impor sekitar 1,2 juta smartphone," jelasnya.(id)