Operator Tak Ekspansif di Tahun Kuda

Ilustrasi (Dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Tahun 2014 dalam buku tradisional panduan perhitungan Tiongkok Kuno yang kerap tersebut buku Tong Shu adalah Tahun Shio Kuda yang membawa unsur Kayu.

Jika merujuk kepada kemampuan dari seekor kuda, harusnya para pelaku usaha bekerja lebih keras pada tahun ini agar mendapatkan peruntungan. Namun, bagi operator telekomunikasi tahun ini sepertinya tak akan berlari kencang, terutama dalam ekspansi jaringan.

Hal itu terlihat dari sinyal alokasi belanja modal yang dikeluarkan tiga pemain besar jelang tutup 2013 lalu. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mengeluarkan sinyal memiliki belanja modal 2014 sekitar Rp 22,28 triliun. Alokasi terbesar akan diserap anak usahanya, Telkomsel, sebesar Rp 12 triliun – Rp 13 triliun pada 2014.

Pada 2013 lalu Telkom memprediksi memiliki pertumbuhan pendapatan sekitar 8% atau sekitar Rp 83,31 triliun dengan dukungan belanja modal Rp 20 triliun. Tahun kuda ini target pendapatan sedikit konservatif yakni di kisaran 7%  atau menjadi Rp 89,14 triliun.

PT Indosat Tbk (ISAT) pun sepertinya akan memiliki belanja modal sekitar Rp 8 triliun atau sama dengan 2013. Perseroan sepertinya masih berusaha keras memperbaiki struktur keuangan, terutama mengurangi ketergantungan pada dollar AS yang memukul kinerja bottom line pada tahun 2013.

PT XL Axiata Tbk (XL) menyiratkan belanja modal akan lebih rendah dari 2013 yang sebesar Rp 8 triliun-Rp 9 triliun. XL sepertinya hingga selesai semester pertama 2014 akan lebih sibuk dengan integrasi sistem dan jaringan dengan Axis jika merger berhasil dituntaskan pada Februari 2014.

Sedangkan pemain lapis kedua seperti PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) masih fokus pada konsolidasi internal untuk memperbaiki kinerja operasional sehingga belanja modal yang dialokasikan sama dengan 2013 yakni sekitar US$ 30 juta.

Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Alex J Sinaga memperkirakan pertumbuhan industri seluler pada 2014 hanya single digit yakni sekitar 7%-8%. “Masih tumbuh diatas GDP. Masih bagus,” katanya.

Sekadar catatan, dalam delapan tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan usaha dari sektor Halo-halo di Indonesia melambat dari 54% pada 2006 menjadi 8,8% pada 2013. Margin laba sebelum biaya bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) juga  menurun dari 51% menjadi 34%.

Penurunan profitabilitas ini menekan capaian laba bersih industri, yang juga menekan imbal hasil bagi pemegang saham. Rerata laba bersih lima emiten selama dua belas bulan hingga September 2013 tercatat Rp 1,3 triliun, menurun dari Rp 2,6 triliun pada 2006.

Utilisasi Frekuensi
Analis CIMB Securities Kelvin Goh, dalam risetnya menjelaskan, XL bisa menghemat belanja modal karena akan memiliki tambahan spektrum  dari Axis. Belanja modal yang bisa dihemat pada 2014 ini diperkirakan sekitar 30%.Sementara Indosat, berkat  menjalankan  layanan 3G menggunakan spektrum 900 MHz juga bisa menghemat belanja modalnya selama 2014 ini.

Analis Ciptadana Securities Triwira Tjandra memperkirakan Telkom Grup tetap akan memimpin industri secara finansial dengan penopang Telkomsel pada 2014 ini. “Telkom akan tetap kuat keuangannya berkat Telkomsel,” katanya.(id)