Direstui BKPM Akuisisi Axis, XL Mantapkan Sumber Pendanaan

Hasnul Suhaimi (Dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Angin segar kembali berhembus ke PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang tengah berusaha menuntaskan akuisisi PT Axis Telekom Indonesia (Axis).

Pasca keluarnya rekomendasi teknis dari Menkominfo Tifatul Sembiring yang dianggap masih menguntungkan perseroan terkait alokasi frekuensi, pada Senin (23/12), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga menyetujui akuisisi Axis oleh anak usaha Axiata tersbeut.

"BKPM  menyetujui untuk akuisisi Axis.Permohonan perubahan pemegang saham Axis telah dilakukan sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mereka per November lalu," ungkap Presiden Direktur XL Axiata Hasnul Suhaimi di Jakarta, kemarin.

Diungkapkannya, perseroan pun telah menetapkan  akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Januari 2014. “Setelah seluruh persetujuan tersebut diperoleh, diharapkan closing akuisisi dapat dilakukan di akhir Januari 2014 dilanjutkan dengan closing merger yang dijadwalkan akhir Februari 2014,” ungkapnya.

Hasnul optimistis, langkah menuju konsolidasi akan mulus karena industri seluler nasional membutuhkan kompetisi yang lebih sehat.

“Saya berharap dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga merestui aksi ini. Masalah ada penilaian menyeluruh, itu hal yang wajar karena dalam hitungan delta Herfindahl-Hirschman Index (HHI), XL-Axis masuk ke kuadran II. Kita akan lakukan konsultasi kembali dengan KPPU tak lama lagi,” jelasnya.

Pendanaan
Lebih lanjut Hasnul mengungkapkan, perseroan telah mengamankan sekitar US$ 501,7 juta dari total nilai akuisisi Axis sebesar US$ 865 juta dengan adanya komitmen pinjaman dari induk usaha.

“Sekitar 58% pendanaan dari pinjaman induk usaha, sisanya dari pinjaman perbankan lainnya.Kita sedang melakukan penjajakan dengan beberapa bank untuk pinjaman ini," ungkapnya.

Dijelaskannya, walau ada pinjaman dari induk usaha, tidak mengubah status porsi  kepemilikan Axiata di XL yakni tetap 66,5%. "Semuanya tetap,ini hanya pinjaman saja.Kami ingin menjaga Debt To equity Ratio (DER) tidak sampai 4 kali.Kalau sekarang DER XL itu 2,7 kali,” jelasnya.

Diakuinya, hal yang pasti  dari ada pinjaman sekitar Rp 10 triliun untuk mengakuisisi Axis, maka total utang perseroan akan membengkak menjadi Rp 27 triliun pada 2014. “Posisi utang kita hingga September 2013 itu Rp 17 triliun, tahun depan dengan adanya tambahan utang ini menjadi Rp 27 triliun," jelasnya.
      
Namun, lanjutnya,penggabungan antara XL dan Axis akan memberi keuntungan bagi XL disebabkan akan banyak efisiensi bisnis yang dapat dilakukan, terutama dari biaya operasional dan biaya modal yang cukup signifikan.

Misalnya dari efisiensi dari pemanfaatan dealer bersama antara XL dan Axis yang sudah ada, sehingga biaya pembangunan dealer baru bisa dialokasikan untuk pengembangan bisnis lain.

“Melalui merger ini, kami dapat melakukan berbagai efisiensi terutama dari aspek belanja modal (capex) dan belanja operasional (opex). Potensi pendapatan kami dalam jangka menengah panjang tentunya akan semakin membaik. Sedangkan untuk jangka pendek EBITDA margin dan EPS akan tertekan, tetapi kita coba minimalisir,” jelasnya.

Diungkapkannya, penghematan Capex dan Opex untuk jangka pendek yang dirasakan perseroan pasca akuisisi nantinya sekitar US$ 200 juta,sedangkan di jangka panjang sekitar  US$ 400 juta dengan asumsi adanya tambahan frekuensi 15 MHz di 1.800 MHz.

“Salah satu alasan kami menerima rekomendasi ditariknya frekuensi 3G sebesar 10 MHz karena kita juga berkurang bayar spectrum fee-nya. Jadi, dalam kalkulasi, alokasi frekuensi yang ada sekarang sudah bisa menjadikan XL kompetitif di era data nanti,” tegasnya.

Secara terpisah, President Director & CEO Indosat Alexander Rusli mengharapkan, konsolidasi yang dirancang XL-Axis bisa berjalan mulus karena menentukan wajah industri seluler di masa depan.

“Kami sangat mendukung aksi konsolidasi itu. Kalau sampai mereka gagal, saya tidak tahu lagi nanti siapa yang mau konsolidasi,” pungkasnya.(id)