Menakar Nasib Merek Lokal di Tahun Kuda

Ilustrasi (Dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Lembaga riset GFK belum lama ini mengumumkan hingga September 2013  Indonesia memiliki total penjualan smartphone sebesar US$ 3,33 miliar (sekitar Rp 39,4 triliun) yang seluruhnya berasal dari 14,8 juta unit smartphone yang terjual.

Angka tersebut menjadikan Indonesia berkontribusi sekitar 30% bagi total penjualan smartphone di Asia Tenggara.

Sementara dari sisi pemerintah, secara kumulatif  dalam periode  Januari hingga Oktober impor ponsel yang dilakukan Indonesia mencapai 13.883 ton atau senilai US$ 2,34 miliar atau sekitar Rp 23 triliun.

Para distributor produk Teknologi Informasi (TI) memperkirakan penjualan smart device seperti smartphone, phablet, atau tablet akan terus tumbuh pada tahun kuda alias 2014  nanti di kisaran 40% dibandingkan tahun ini.

Kajian yang dilakukan Credit Suisse Research penetrasi smart device di Indonesia baru sekitar 20% dan diperkirakan menjadi 55% pada 2015 mendatang.

Praktisi Telematika Teguh Prasetya mengutip  data yang dirilis lembaga riset Nixon, di Indonesia akan ada sekitar 300 juta pengguna ponsel selular pada 2014, dimana sekitar  sekitar 70 hingga 80 juta diprediksi akan menjadi pelanggan layanan data internet.

“Kalau melihat data yang dirilis Nixon, pertumbuhan ekosistem perangkat mobile memang belum akan meredup, setidaknya hingga tahun 2017 mendatang. Penggunaan data internet dari perangkat mobile juga akan terus bertumbuh rata-rata 66% tiap tahunnya hingga 2017 nanti,” katanya.

Perang Baru
Diperkirakannya, pada 2014 mendatang akan terjadi pertempuran lumayan sengit antara meek lokal dan global mengingat para pemain lokal kian serius berinvestasi. “Saya lihat merek lokal sekarang telah melewati seleksi alam, jumlah yang mencapai ratusan itu kala feature phone Berjaya sudah turun drastis. Pemain yang tersisa sekarang benar-benar serius mengembangkan bisnis perangkat,” katanya.

Menurutnya, jika para pemain merek lokal mampu mengambil hikmah dari masa lalu, peluang untuk bersaing, bahkan mengalahkan merek global terbuka lebar. Pasalnya, merek lokal telah mampu menyajikan produk dengan spesifikasi dan kinerja mumpuni, namun tetap dipasarkan dengan banderol terjangkau.

“Pengguna sekarang tidak menjadikan merek sebagai hal utama, tetapi spesifikasi dan valuasi dari perangkat,” paparnya.

Diungkapkannya, segmen konsumen yang masih tinggi pertumbuhannya adalah di  pasar mid dan low-end yang tidak mementingkan nama besar brand.”Inilah battle field nantinya antara pemain global dan lokal,” katanya.

Investasi
Hal yang menarik adalah ternyata para pemegang merek lokal pun tidak puas hanya bermain di pasar dalam negeri.

PT Aries Indo Global (AIG) sebagai pemilik merek Evercoss malah berani berpikir "Mega" dengan  berambisi masuk ke pasar global. Sasaran pertama adalah pasar ASEAN.

“Kami pada 2013 ini per bulan menjual sekitar 1,5 juta unit ponsel. Tahun 2014 bisa menembus 16 juta unit per tahun. Dalam hal kuantitas, kami sudah mengungguli Samsung. Walaupun, dari sisi value masih jauh, mengingat harga handset kami lebih ramah kantong  dari Samsung," ungkapnya.

Dikatakannya, pertumbuhan yang tinggi tersebut menjadikan perseroan tak sabar merealisasikan pembangunan pabrik senilai Rp 1 triliun di Semarang, Jawa Tengah, tahun depan. Pabrik itu akan   merakit dan memproduk produk-produk ponsel maupun tablet guna memenuhi pasar lokal maupun kebutuhan ekspor.

Pada tahap pertama akan diproduksi 10 line ponsel atau setara 500.000 hingga 600.000 unit dan dapat membuka lapangan kerja sampai 1.000 orang.

Namun, walau pabrik ada di Indonesia, belum menjadikan harga barang lebih murah karena masih kurangnya insentif dan belum adanya upaya peninjauan kembali terhadap regulasi pajak oleh pemerintah.

“Mengingat selama ini pajak merupakan salah satu kendala yang dirasakan Evercoss dalam mengembangkan produknya. Seperti misalnya biaya pemasukan barang secara utuh akan jauh lebih murah dibandingkan dengan pemasukan spare part untuk kebutuhan barang yang diproduksi,” katanya.

Diungkapkannya, pada 2014 perseroan akan meluncurkan sekitar 12 produk terbarunya dari berbagai macam tipe. "Salah satunya bakal mengandalkan prosesor jenis baru octa-core. Kami hanya akan fokus pada platform Android karena bisa menjaga harga produk terjangkau," ungkapnya.(ct)