Belanja Modal Surya Citra Media Naik 100%

Ilustrasi (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) - PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) menyiapkan belanja modal sebesar Rp 200 miliar pada 2014 atau naik 100% dibandingkan tahun ini sebesar Rp 100 miliar.

"Tahun depan kami akan gelontorkan dana investasi yang lebih besar dibandingkan dengan tahun ini atau sebesar Rp 200 miliar," ungkap Direktur Utama Surya Citra Media Sutanto Hartono usai Paparan Publik, kemarin.

Dijelaskannya, pendanaan dari belanja modal berasal dari kas internal perusahaan. "Kas kami masih cukup kuat, jadi sumber pendanaan sepenuhnya akan berasal dari kas internal Perseroan," tegasnya.

Diungkapkannya, alokasi belanja modal digunakan untuk perbaikan transmisi di sejumlah kota di Indonesia. Sisanya untuk peningkatan produktifitas dan pembelian alat produksi.

Selain itu, perseroan juga akan membangun transmisi baru di lima kota. Pembangunan transmisi itu untuk stasiun SCTV, Indosiar, dan Nex Media.

Tumbuh
Diharapkannya, pendapatan perseroan pada tahun depan dapat tumbuh di atas industri sebesar 15%-20% pada 2014. Kenaikan pendapatan itu juga didukung dari program, serta sinergi Indosiar dan SCTV yang dampaknya mulai terasa pada 2014.

"Konsensus industri 2014 diperkirakan kenaikan net advertising untuk televisi sekitar 15%-20%. Kami optimis menargetkan pertumbuhan di atas industri. Kalau akhir tahun ini diperkirakan 12%-15%," katanya.

Diperkirakannya, walau pada 2014 ada perhelatan politik yakni Pemilu, tetapi tidak akan berkontribusi signifikan pada pendapatan perseroan dari sisi iklan. Berdasarkan pengalaman, Pemilu hanya menambah pemasukan iklan tidak lebih dari 5%.

"Belajar dari Pemilu sebelumnya kenaikan tidak signifikan, hanya di antara 2%-3%,"ungkapnya.

Dijelaskannya, salah satu pemicu Pemilu tidak besar kenaikan belanja iklan karena sudah disedot terlebih dulu di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). "Di Pilkada itu juga sebenarnya terjadi spending dalam waktu yang berbeda-beda sesuai dengan provinsi yang menyelenggarakan Pilkada tersebut," jelasnya.

Terkait dengan dampak depresiasi rupiah, dijelaskannya, tidak terlalu berpengaruh karena konten banyak berasal dari lokal.  "Portfolio kita banyak lokal, kecuali di tayangan olaharga seperti Liga Inggris atau Liga Champion,"katanya.

Sedangkan dari sisi utang, perseroan memilikinya dalam nilai tukar Rupiah. Hal yang menjadi ganjalan perseroan dalam membayar utang adalah kenaikan BI Rate yang mendorong naiknya suku bunga pinjaman perbankan.

"Pinjaman kita dalam bentuk Rupiah. Kenaikan BI Rate tentu ada pengaruh, tapi itu sesuatu yang kita anggap sebagai kenaikan yang normal," pungkasnya.

Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), kas perseroan tercatat Rp 1,11 triliun pada 30 September 2013 dari periode 31 Desember 2012 senilai Rp 1,06 triliun.

Perseroan mencatatkan pendapatan bersih naik menjadi Rp 2,71 triliun hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun 2012 Rp 2,43 triliun.

Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan (ditanggungkan) kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 970,54 miliar hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 873,66 miliar.(ss)