Depresiasi Rupiah Bayangi Pertumbuhan Seluler

Ilustrasi (Dok)

JAKARTA (IndoTelko)  – Situasi makro ekonomi, terutama masalah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan membayangi pertumbuhan industri selulerpada 2014 mendatang.

“Pertumbuhan industri seluler pada 2014 masih sehat. Bahkan bisa tumbuh di atas GDP yang 5%-6%. Kita perkirakan pertumbuhan industry di kisaran 7%-8%,” ungkap Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) Alex J Sinaga usai menjadi pembicara di diskusi 'New Wave of Less Cash Society: Indonesian Chapter' dalam rangka HUT Ke-2 IndoTelko Forum, kemarin.

Diungkapkannya, sejauh ini hingga kuartal ketiga 2013 operator yang secara operasional masih positif kinerjanya adalah tiga besar yakni Telkomsel, Indosat, dan XL. Sedangkan sisanya masih bergelut dengan masalah keuangan dan operasional.

“Tetapi ada hal lain yang membayangi pertumbuhan dan itu dialami juga oleh tiga besar, yakni masalah depresiasi rupiah. Pasalnya, investasi operator itu dominan dalam dollar AS, sementara pendapatannya rupiah. Ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi operator di 2014. Lihat saja beberapa operator besar yang terkena dampak rugi kurs di triwulan III,” ungkapnya.

President Director & CEO Indosat Alexander Rusli mengakui,  kondisi bottom line dari perseroan akan terus tertekan hingga akhir tahun jika nilai tukar rupiah terus terdepresiasi oleh dollar AS.

“Kalau nilai tukar rupiah seperti ini, kami akan merugi terus. Setiap penurunan utang dalam bentuk dollar AS sekitar satu miliar, tetapi ada kenaikan nilai tukar 10%, itu di atas kertas kerugian mencapai Rp 100 miliar,” ungkapnya.

Diprediksinya, jika nilai tukar rupiah menguat, pada tahun depan bisa saja Indosat dalam posisi untung. Pasalnya, utang dalam dollar AS banyak yang jatuh tempo pada 2020. Indosat sendiri dalam posisi dilema jika memaksakan menaikkan lindung nilai (hedging) terhadap utang dollar AS karena jatuh tempo masih lama.

“Kalau dipaksakan menaikkan hedging, itu kita harus keluar dana tunai. Kita ke depan itu tidak  mau terlalu banyak ambil pinjaman. Jika ambil pinjaman pun dalam rupiah agar sejajar,” katanya.

Division Head Investor Communications Indosat Andromeda H Tristanto memperkirakan pertumbuhan pendapatan pada 2014 bisa high single digit karena masih fokus pada ekspansi dan modernisasi ekspansi jaringan.

“Kalau merger XL-Axis terwujud itu bisa lumayan untuk kondisi pasar. Minimal perang tarif berkurang. Kita untuk belanja modal sama atau bisa lebih dari tahun ini yang Rp 8 triliun,” ungkapnya.

Sementara Direktur Solution and Strategic Portfolio Telkom Indra Utoyo mengaku tetap optimistis bisa meraih pertumbuhan usaha di atas rata-rata industri pada 2014 mendatang dengan tetap memacu pembangunan infrastruktur broadband.

“Kami tetap bidik pertumbuhan dobel digit walau industri single digit. Kita siapkan belanja modal sekitar 20% hingga 25% dari pendapatan tahun ini,” ungkapnya.

Telkom pada tahun ini memiliki belanja modal sekitar Rp 16 triliun. Tahun ini target omzet Telkom sekitar Rp 80 triliun, hal ini berarti belanja modal Telkom sekitar Rp 16 triliun hingga Rp 20 triliun.

Tak Menarik   
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada memperkirakan pertumbuhan industri telekomunikasi sekitar 5%-7%  di 2014.”Saya melihat pelambatan bukan karena permintaan menurun, tetapi variasi layanan dari operator minim,” ungkapnya.

Diungkapkannya, bagi pasar saham  industri telekomunikasi tidak semenarik seperti lima tahun lalu karena dinilai memasuki  titik jenuh. “Persaingan yang ketat di 10 operator dengan produk dan layanan sama membuat terjadinya perang harga. Sehingga pertumbuhan pendapatan operator selalu di bawah ekspektasi analis,” ungkapnya.

Ditambahkannya, pelaku pasar cenderung tidak memegang terlalu lama saham telekomunikasi, paling lama sekitar empat hari. “Kondisi ini berbeda ketika industri ini masih berkembang, saham bisa di-hold hingga satu tahun,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, saat ini yang ditunggu pasar saham adalah aksi konsolidasi XL dan Axis karena dianggap aksi positif untuk menaikkan pangsa pasar secara anorganik.

"Jika merger XL-Axis berhasil, tentu akan diikuti oleh operator lain, terutama operator kecil. Ini akan lebih menyehatkan pasar," pungkasnya.(id)