Dibalik Tak Kunjung Membaiknya Kualitas Layanan Axis

Ilustrasi (Dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Belum kunjung membaiknya layanan PT Axis Telekom Indonesia (Axis) layaknya seperti masa sebelum migrasi 3G, ternyata tak hanya terkait masalah optimalisasi jaringan.

Seperti diketahui, Axis telah menuntaskan migrasi 3G dari blok 2 dan 3 ke 11 dan 12 pada  Oktober lalu yang melibatkan sekitar 1.935 BTS.
 
Selama proses hingga selesainya migrasi 3G  kualitas layanan Axis mulai menurun  khususnya daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sejak 20 Oktober 2013.

Menjawab keluhan pelanggan, Axis akhirnya mengirimkan pesan singkat pada Jumat (25/10) ke seluruh pelangganya yang intinya memberitahukan sedang dilakukan optimalisasi jaringan pasca migrasi 3G.

Head of Corporate Communication Axis Anita Avianty ketika dikonfirmasi kala itu mengakui memang terjadi penurunan kualitas layanan pasca migrasi blok 3G. “Saat ini terus dioptimalisasi. Saya belum tahu sampai kapan optimalisasi dilakukan. Mohon bersabar dulu,”pintanya.

Restrukturisasi Sewa
Selidik punya selidik, ternyata optimalisasi tak bisa berjalan maksimal karena belum selesainya kontrak sewa antara Axis dengan para penyedia menara dan  Inbuilding Coverage (IBC) provider.

Saat ini Axis mengikat kontrak dengan sejumlah perusahaan menara dan IBC provider diantaranya PT KOMET Konsorsium, PT Ida Lombok, PT Mandrajasa Trimitra Indonesia (Matrindo), PT MAC Sarana Jaya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), XL Axiata, Retower, dan Indosat.  

Sinyal ini memang sudah muncul kala jelang tutup September lalu dimana Protelindo mematikan sekitar 400 BTS milik Axis di Surabaya. Untunglah kala itu XL menjadi penyelamat dengan menawarkan roaming nasional. Selain Surabaya, saat ini Axis dan XL telah menggelar roaming nasional di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.

Bahkan, kabar beredar mengatakan XL juga membantu Axis dalam bernegosiasi dengan para penyedia menara untuk restrukturisasi sewa. Kabarnya, seorang eksekutif XL yang namanya sudah top di kalangan penyedia menara aktif melobi agar perundingan berjalan mulus.

Anita kala dikonfirmasi terkait masalah ini menyatakan, memang ada restrukturisasi sewa dengan para penyedia menara. “Kami mengharapkan penawaran restrukturisasi sewa dengan para penyedia menara menjadi solusi dan jalan tengah yang bisa diambil dengan mempertimbangkan hubungan bisnis jangka panjang,” katanya, Jumat (15/11).

Terkait dengan adanya pejabat XL yang ikut dalam perundingan restrukturisasi, Anita mengakui keberadaan eksekutif tersebut. “Memang ada eksekutif dari XL kala negosiasi dengan penyedia menara. Dari pihak XL perlu hadir karena kami sedang dalam proses mempersiapkan integrasi. Tetapi perundingan itu kami yang lead,” tegasnya.

Secara terpisah,  VP Corporate Communication XL Axiata Turina Farouk menegaskan, XL tidak mengambilalih tanggung jawab Axis terhadap penyedia menara. “Itu yang negosiasi orang-orang Axis. Soalnya itu kontrak menara antara Axis dengan mereka, bukan XL,” tegasnya.

Kompromi
Presiden Direktur Komet Konsorsium Peters M Simanjuntak kala dikonfirmasi mengungkapkan, terdapat 48 menara kolokasi miliknya yang disewa Axis. “Kami menginisiasi adanya kompromi dengan Axis agar jangan buntu. Toh, kedepannya XL yang akan operasikan nantinya,” ungkapnya melalui pesan BlackBerry Messenger, kemarin.

Diungkapkannya, dalam kompromi dengan pihak Axis, tercapai kesepakatan pembayaran sewa dilakukan hingga Desember 2013 dan dicutikan semua setelah itu selama tiga tahun.  

Pria yang juga menjadi  Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Menara Telekomunikasi Indonesia (Aspimtel) ini mengungkapkan, para penyedia menara lainnya banyak yang mengambil langkah litigasi atau menunggu sampai Axis di ambil oleh XL.

Direktur Komet Tagor H. Sihombing menambahkan,  langkah restrukturisasi diambil dengan mempertimbangkan hubungan bisnis jangka panjang dengan AXIS dan XL di kemudian hari. Setelah merger dengan XL, Axis akan menjadi bagian operator telekomunikasi nomor dua di Indonesia dengan 65 juta pelanggan. Total pelanggan XL dan Axis ada di belakang  Telkomsel yang memiliki 125 juta pelanggan.

“Kami juga mempertimbangkan bahwa Axis dan XL adalah partner bisnis kami. Dengan XL sendiri, kami (KOMET Konsorsium) sudah bekerja sama sewa-menyewa tower sekitar lima tahun,” kata Tagor.

Perusahaan menara lainnya yang telah mencapai kesepakatan restrukturisasi dengan Axis adalah Ida Lombok yang menyewakan menara di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Bali.

Pemilik Ida Lombok Santo Suparnoto, mengungkapkan pihaknya sudah melakukan kesepakatan soal restrukturisasi kontrak sewa tower dengan XL dan Axis. “Kesepakatan telah dilakukan dua hari lalu (Selasa, 12/11) di Jakarta. Kami melihat ini adalah langkah win-win solution bagi semua pihak,” kata Santo.  
 
Pada kesempatan lain, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto mengatakan, selama proses konsolidasi XL dan Axis, masalah pelayanan dan hal lainnya terkait bisnis adalah tanggungjawab dari operator.

"Kami harapkan pelayanan ke pelanggan berjalan seperti biasa. Masalah utang piutang, itu kan lebih ke business to business," katanya.(ct)