TelkomVision Dilepas, Siapa yang Untung?

Ilustrasi (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) akhirnya melepas kepemilikan mayoritasnya di PT Indonusa Telemedia  yang selama ini dikenal sebagai operator televisi berbayar Telkom Vision.

CT Corpora melalui anak usahanya Trans Corpora akhirnya berhasil menguasai 80% saham  usai melakukan Sales Purchase Agreement (SPA) pada 8 Oktober 2013.

CT Corpora mengambil alih 1,03 miliar (80%) saham Indonusa senilai  Rp 926,5 miliar. Konsekuensi  dari transaksi ini adalah Telkom hanya menyisakan 20%  kepemilikan di operator TV berbayar tersebut.  

Nilai korporasi dari TelkomVision diperkirakan sekitar US$ 200 juta atau Rp 2,018 triliun termasuk hutang. Hal ini berarti nilai pasar 80% saham Telkom di operator TV berbayar itu sekitar Rp 1,614 triliun.

Jika Telkom menerima dana segar sekitar Rp 926,5 miliar, artinya liabilitas yang ditanggung oleh CT Corpora sekitar Rp 688,4 miliar.

Siapa Untung?
Hal yang menarik dipertanyakan adalah siapa yang untung dari transaksi ini?

Mari simak dulu data berikut ini sebelum buru-buru mengambil kesimpulan. Per 30 September 2013 kontribusi TV berbayar bagi Telkom hanya sebesar Rp 267 miliar atau  0,43% dari total pendapatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu  sebesar Rp 61,499 triliun.

TelkomVision boleh berada di bawah panji kebesaran operator terbesar di Indonesia, namun bicara kinerja ternyata tak berbanding lurus dengan nama besar.

Margin laba sebelum biaya bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) dari TelkomVision selama periode 2010-2012 berada di posisi 20% atau lebih rendah ketimbang industri yang sebesar 35%.

Padahal, pasar bisnis televisi berlangganan di Indonesia cukup besar. Dari sekitar 45 juta pemilik televisi, kurang dari 5% yang menggunakan jasa TV berbayar. Bandingkan dengan Malaysia yang pelanggannya mencapai hampir 40% serta Singapura yang sebesar 45% dari total pengguna televisi.

Kenapa Telkom Vision susah bersaing? Jawabannya ada pada biaya untuk membeli konten dan akuisisi pelanggan yang tinggi sehingga belanja operasional tak bisa dibayar oleh pendapatan yang diraih.
Sepertinya inilah yang membuat manajemen Telkom mengambil langkah realistis, melepas kepemilikan mayoritas ketimbang terus-terusan menutup pendarahan keuangan.
 
“Telkom akan lebih fokus di bidang infrastruktur, broadband, dan digital media. Sinergi dua korporasi besar ini diharapkan meningkatkan scale, skill, dan scope tidak hanya di bidang Pay TV. Masuknya CT Corp diharapkan dalam 3 tahun akan meningkat value perusahaan jauh lebih besar,” kata Direktur of Information Technology , Solution & Strategic Portfolio Telkom Indra Utoyo, belum lama ini.

Strategis
Menurut Analis Ciptadana Securities Triwira Juniarta Tjandra aksi tersebut merupakan
langkah strategis karena Telkom selama ini tidak memproduksi konten. Hal ini berbeda dengan CT Corpora yang memang kuat di bisnis media.  

“Jika di bawah kendali CT Corpora ternyata Telkom Vision bisa untung, Telkom ikut menikmati sebagai pemegang saham 20%.  Lebih baik memiliki sedikit porsi di perusahaan bagus, daripada memiliki kepemilikan yang mayoritas di perusahaan kecil," katanya.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan, Telkom bisa lebih fokus ke bisnis inti uai aksi korporasi ini. “Dana segar yang masuk bisa untuk memperkuat belanja modal di bisnis inti,” katanya.

Suara berbeda dilontarkan Ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI), Dradjad Wibowo yang menilai keputusan penjualan saham mayoritas itu sebagai langkah menghilangkan kesempatan bisnis yang menjadi andalan Telkom di masa depan.

Menurut Dradjad tidak ada alasan strategis bagi  Telkom menjual saham TelkomVision. “Jika Telkom membutuhkan likuiditas, mereka bisa mendapat dana dari pasar dengan mudah. Apalagi hanya US$ 100 juta lebih. Satu obligasi korporasi sudah cukup dan akan diburu investor,” katanya.

Anggota Komisi VI DPR RI, Hendrawan Supratikno menjanjikan akan memanggil Kementerian Negara BUMN dan Direksi  Telkom pada masa sidang DPR berikutnya.

“Kami akan minta penjelasan perihal penjualan TelkomVision setelah masa reses berakhir,” katanya.

Nah, kalau begini siapa yang untung? (id)