Smartfren akan Didepak dari 1.900 MHz?

Ilustrasi (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) – Malang nian nasib Smart Telecom yang menempati frekuensi 1.900 MHz.

Pasalnya, karena dianggap susah berdampingan untuk hidup teknologinya dengan 3G, pemerintah tengah mengaji untuk memindahkan Smart Telecom yang menggunakan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) ke 2,3 GHz. Smart Telecom sendiri adalah entitas dari Smartfren.

“Itu baru wacana (Pemindahan). Alasannya, hanya ada di Indonesia  Personal Communication System (PCS) 1900 hidup berdampingan dengan Universal Mobile Telecommunication System (UMTS),” ungkap Dirjen SDPPI Muhammad Budi Setiawan, kemarin.

Dikatakannya,  pemerintah tengah melakukan  kajian terhadap wacana pemindahan tersebut dan  ditargetkan selesai dalam waktu setahun,  sedangkan pelaksanaan hasil kajian itu diharapkan memakan waktu 2 tahun.

“Pilihan ke  spektrum 2,3GHz lebih rasional ketimbang 850 MHz yang memerlukan konsolidasi terlebih dahulu,” katanya.

Ditambahkannya, jika pemindahan Smart Telecom benar terjadi, maka dipertimbangkan pemberian insentif seperti  penambahan frekuensi menjadi 15MHz atau 20MHz karena sisa blok di spektrum 2,3GHz lumayan besar mencapai 60MHz.

Sekadar catatan, saat ini Smart Telecom memiliki pita frekuensi selebar 7,5MHz di spektrum 1900MHz. Smart Telecom sendiri kala meluncurkan layanannya pertama kali sudah diwanti-wanti bisa saja tergusur jika teknologi Mobile Satelite  System (MSS) diimplentasikan.

Hal ini karena menurut Intenational Telecommunication Union (ITU) spektrum tersebut cocok digunakan untuk teknologi MSS dan 3G. Pemerintah pun mengadopsi anjuran tersebut melalui suatu peraturan menteri.

Kala pemerintah memberikan Smart Telecom frekuensi 1.900 MHz pada 2005 lalu,  Global mobile Suppliers Association (GSA) sudah memberikan peringatan tentang bahaya interferensi jika UMTS dan PCS hidup berdampingan di satu frekuensi.

Smartfren sendiri masih berkubang kerugian  selama semester I-2103.  Perseroan memiliki  rugi komprehensif yang dapat didistribusikan kepada pemilik perusahaan selama semester I-2013 mencapai Rp 830,88 miliar naik 23,2%  dari tahun sebelumnya yang juga Rp 674,42 miliar.(id)