Bisnis Instant Messenger Kian Gurih

Ilustrasi (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) – Bisnis Instant Messenger kian gurih saja.

Setidaknya jika melihat omzet dari dua pemain besar yakni Line dan WeChat.

Line mengumumkan total pendapatannya selama kuartal kedua tahun 2013 yang disebut mencapai angka US$132 juta atau sekitar Rp1,4 triliun.  
Dari menjual stiker emoticon online  saja, Line mengumumkan raihan pendapatan sekitar US$10 juta per bulan.
 
Pada Juni 2013, pengguna Line tercatat sebanyak 200 juta, namun hingga awal Agustus 2013, aplikasi ini telah dipakai oleh lebih dari 230 juta pengguna.
Indonesia menempati posisi kelima pengguna Line dengan 14 juta pengguna. Pengguna terbanyak ada di Jepang, 47 juta pengguna, diikuti Thailand, 18 juta, Taiwan 17 juta, dan Spanyol, 15 juta.

Hingga kini, Line yang terdiri dari 52 sub-aplikasi (termasuk game, tools, layanan komunikasi dan aplikasi foto untuk iOS dan Android) ini telah diunduh lebih dari 290 juta kali. Sementara untuk Line Camera saja telah mencatat 48 juta download di seluruh dunia.

Jumlah pesan di Line per hari mencapai 7 miliar, sedangkan jumlah stamp mencapai 1 miliar per hari.
Segendang sepenarian, WeChat juga mendapatkan keuntungan yang lumayan hingga pertengahan tahun ini.

Dari laporan keuangan Tencent sebagai pemilik WeChat, perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$ 4,52 miliar atau Rp 46,59 triliun selama semester pertama 2013 naik 38,4% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Sementara di kuartal kedua 2013 perseroan berhasil mendapatkan pendapatan sekitar US$ 2,33 miliar atau Rp 24,02 triliun dengan keuntungan US$ 739 juta atau Rp 7,618 triliun.

Saat ini WeChat telah  memiliki 100 juta pengguna yang terdaftar berkat versi terbaru WeChat 5.0 dan kampanye iklan global yang menggandeng pesepak bola kelas dunia, Lionel Messi.

Survei independen dari Global Web Index memerlihatkan, pengguna WeChat meningkat dua kali lipat selama tiga bulan terakhir. Artinya, WeChat telah menjadi aplikasi smartphone kelima yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.

Di pasar Asia,  WeChat telah diterima dengan baik khususnya  di Hong Kong, India, Indonesia, dan Malaysia. Saat nilai kapitalisasi pasar Tencent sebesar  US$8,86 miliar

Tantangan Indonesia
Hal yang menarik melihat sepak terjang pemain instant messaging asing ini di Indonesia pasca keluarnya aturan terbaru terkait konten premium belum lama ini.
Seperti diketahui, Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang masyarakatnya suka chatting melalui Instant Messaging.

Setidaknya itu tercermin dari survei yang dilakukan Nielsen terhadap perilaku konsumen di Indonesia,  bertema Smartphone Consumer Insight  selama  Mei 2013.
Dari survei tersebut terlihat  masyarakat Indonesia menggunakan smartphone selama 189 menit per hari.

Aktifitas yang paling banyak dilakukan oleh pengguna smartphone selama 189 menit tersebut adalah chatting sebanyak 94%, kemudian menyusul browsing (71%) dan social networking (64%). Mengakses email menjadi kegiatan yang paling minim yakni sebanyak 17%.

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten Pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel Dengan Mobilitas Terbatas pasalnya terdapat masalah perizinan dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penyedia konten seperti Line dan WeChat.

Salah satunya disebutkan penyedia konten dikenakan   Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) telekomunikasi dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal (Universal Service Obligation) yang  merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan. Pembayaran kewajiban tersebut  melalui penyelenggara jaringan.

Nah, kalau sudah begini masihkah para pelaku usaha instant messaging asing bersemangat menggarap pasar Indonesia?(id)