Omzet IndiSchool Tembus Rp 2,1 miliar

Muhammad Awaluddin (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mengungkapkan program IndiSchool yang digelar sejak Januari lalu berhasil menembus omzet Rp 2,1 miliar per bulan di posisi Juli 2013.

"Ini data terbaru terkait IndiSchool, posisi Juli lalu sudah menembus omzet Rp 2,1 miliar per bulan. Bagi saya ini sesuatu yang luar biasa karena program tersebut dimulai dari nol dan  baru," ungkap ungkap Direktur Enterprise & Business Service Telkom Muhammad Awaluddin kala berbincang santai dengan IndoTelko, Senin (19/8).

Dijelaskannya, angka yang dipaparkannya kala buka bersama 31 Juli 2013 untuk posisi pendapatan masih berupa perkiraan. Kala paparan tersebut dikatakan  terdapat 15.724 sekolah bergabung dengan  77.241 pengguna. Sedangkan dari sisi pendapatan menembus  Rp 669,297 juta untuk bulan Juli.

“Saya harus jelaskan pola sistem billing di Telco. Angka yang terakhir itu (Juli), itu artinya dari billing Juni. Sedangkan yang Juni artinya billing untuk Mei. Nah, karena sekarang sudah Agustus, tentu angka Juli sudah ada dan itu saya berikan yang terbaru,” ungkapnya.

Indonesia Digital School (IndiSchool)  merupakan program Telkom menyediakan akses Internet WiFi yang mudah, murah dan berkecepatan tinggi di sekolah-sekolah. Investasi yang dikeluarkan untuk satu sekolah itu sekitar Rp 10-Rp 15 juta mengingat ada sekitar tiga hingga lima access point yang dibangun.

Sekadar catatan, direktorat Enterprise and Business Services  memasukkan IndiSchool dalam program Indonesia digital society (Indiso) dimana dua kegiatan lainnya adalah IndiPreneur dan IndiFinance. Ketiga program ini targetnya menghasilkan omzet sekitar Rp 50 miliar pada akhir tahun nanti.

Diungkapkannya, pendapatan yang tumbuh nyaris dua kali lipat dari bulan Juni tersebut hanya dari connectivity, belum dari advertising, content, dan lainnya. Posisi pada Juni pendapatan IndiSchool sebesar Rp 691,379 juta dengan 12.686 sekolah dan 73.563 pengguna.

“Posisi hari ini sudah 19.107 sekolah. Insya Allah akhir Agustus akan tembus 20 ribu sekolah,” katanya.

Menurutnya, jika  menembus 20 ribu sekolah  maka pendapatan dari setiap  sekolah per bulan adalah Rp 100 ribu. Hal ini berarti dari sisi Average Revenue Per User (ARPU) setara dengan layanan Fixed Broadband Speedy dimana ARPU satu sambungan layanan  pasca bayar 384 Kbps adalah Rp 99 ribu.

"Bayangkan kalau kami tembus 100 ribu sekolah. Di bisnis ini size does matter. Kita perbesar terus ekosistemnya agar mesin pendapatan berjalan. Apalagi tren ke depan itu pengguna smartphone senangnya akses internet via WiFi. Telkom berani investasi di muka untuk menuai keberhasilan di masa depan,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, kunci keberhasilan peningkatan ARPU adalah konsisten menjalankan konsep Businees to Business to consumer dan small denomination pricing.

“Strategi  paradox marketing berjalan lancar di IndiSchool. Angka-angka yang saya paparkan pembuktian hipotesisnya,” tegasnya.

Paradoks Marketing adalah menjalankan pemasaran dengan konsep yang tak biasa karena konsumen telah berubah. Konsep pemikiran ini berasal dari Direktur Utama Telkom Arief Yahya dan dituangkan dalam buku dengan judul yang sama.(id)