Kinerja Meredup, Pangsa Pasar Erajaya Tergerus?

Ilustrasi (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) – Siapa  tak kenal dengan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). Emiten ini adalah salah satu distributor yang kinclong kinerjanya selama 2012  lalu dan menguasai 32% pangsa pasar pemasaran produk telekomunikasi Indonesia.

Namun, sepertinya kisah manis di tahun lalu itu akan menjadi sejarah di penghujung 2013.

Pasalnya, kinerja dari emiten dengan kode saham ERAA ini memburuk. Erajaya menyatakan   membukukan keuntungan sebesar Rp 129,781 miliar selama semester pertama 2013 atau melorot 38,9%  dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 212,44 miliar. Laba usaha perseroan juga turun 30%  dari Rp 306,6 miliar di semester pertama 2012 menjadi Rp 214,5 miliar.

Selama semester pertama 2013, penjualan dari Erajaya sebesar Rp 5,976 triliun atau turun 6,7%  dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 6,406 triliun.

Kinerja ini dibandingkan dua pesaing beratnya, PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) dan PT TiPhone Mobile Indonesia Tbk (TELE) bak langit dan bumi.

Trikomsel mencatat pendapatan sebesar Rp 5,245 triliun  selama semester pertama 2013 atau tumbuh 7,1%  dibandingkan periode sama 2012 sebesar Rp 4,896 triliun.

Laba usaha perseroan selama semester pertama 2013 sebesar Rp 507,818 miliar  atau tumbuh 28,5%  dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 395,176 miliar. Sedangkan laba bersih dibukukan sebesar Rp 280,177 miliar atau tumbuh  86,5% dibandingkan periode sama 2012 sebesar Rp 150,175 miliar.

Pendapatan dari TiPhone di semester pertama 2013 sebesar Rp 4,491 triliun atau naik 36,1%  dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 3,299 triliun.
 
Sementara keuntungan yang diraih TiPhone sebesar Rp 129,315 miliar atau naik 62,5%  dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 79,531 miliar.  

Pemicu
Director Marketing and Communications Erajaya Swasembada Djatmiko Wardoyo mengakui kinerja perseroan tak begitu bagus selama semester pertama karena penurunan penjualan BlackBerry, adanya aturan impor baru untuk gadget yang berlaku sejak Januari lalu, dan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP). "Belum lagi tekanan dari produk black market yang masuk ke pasar,” ungkapnya.

Menurutnya,  aturan baru dari importasi  menjadikan barang baru lebih lama dari biasanya sehingga pasokan terganggu untuk penjualan. "Bagaimana kami tidak mengalami penurunan, hampir dua minggu tidak ada distribusi, dua hari saja sudah beda hasilnya,"jelasnya.

Koreksi Target
Alhasil, Perseroan melakukan langkah realistis. Target pendapatan dan keuntungan pada tahun ini dikoreksi. Erajaya  membidik pendapatan pada tahun ini sekitar Rp 13,5 triliun dari target awal Rp 15,5 triliun. Sementara laba bersih menjadi Rp 400 miliar  dari target Rp 550 miliar. Topangan utama dari target nantinya tetap dari penjualan ponsel sebanyak 11 juta unit.

Sebelumnya, perseroan  optimistis akan mengalami pertumbuhan di atas rata-rata industri pada tahun ini dengan aksi ekspansi gerai dan tumbuhnya penjualan ponsel. Target awal pertumbuhan omzet tahun ini sebesar 21%

Perseroan merasa jika berhasil mencapai target penjualan tersebut maka pangsa pasar secara pendapatan di industri distribusi ponsel Indonesia tetap dikuasainya. Terkoreksinya target pendapatan, tentu berujung pada tergerusnnya pangsa pasar di akhir tahun nanti.
 
Berharap Berkah
Pria yang akrab disapa Koko ini mengharapkan, masa libur Lebaran yang akan datang sebentar lagi akan membawa berkah bagi perseroan.

Menurutnya, selama momen libur Lebaran penjualannya bisa naik sekitar 20%-25%. Sementara libur sekolah membuat penjualannya naik ke level 10%-15%. Selama ini penjualan ERAA per bulannya ada di kisaran Rp 200 miliar hingga Rp 260 miliar.

Artinya, penjualan ERAA bisa naik menjadi sekitar Rp240 miliar hingga Rp250 miliar per bulan khusus dari momen libur Lebaran saja. Sementara untuk momen libur sekolah, penjualannya bisa meningkat Rp220 miliar hingga Rp239 miliar per bulan.
 
Koko pun tetap optimistis target baru dapat dicapai walau pemerintah memberikan sinyal dalam tiga bulan ke depan nilai tukar Rupiah akan terus melemah.  

"Kami siapkan tiga jurus untuk menangkal masalah fluktuasi kurs,"  katanya.
 
Pertama, manajemen meneken kontrak kerjasama jual beli gadget dengan kurs rupiah. Kedua, melobi kliennya untuk melakukan lindung nilai (hedging) kurs, terutama dengan BlackBerry dimana  transaksi menggunakan dolar AS.  

Erajaya juga  melobi BlackBerry   untuk diberikan subsidi penjualan. Selama ini lobi berhasil lantaran subsidi yang diberikan masih lebih kecil dibanding marjin penjualan yang diterima BlackBerry. Tapi, mengingat penjualan Blackberry terus mengalami penurunan, maka tidak menjamin lobi ERAA bakal terus berhasil.

Tak menutup kemungkinan, jika lobi ERAA ditolak ketika marjin penjualan BlackBerry tidak mampu menutup subsidi yang diberikan. "Tapi, kalau hal ini terjadi pun dampaknya tidak signifikan," katanya.

Foxconn
Sementara terkait kemajuan kerjasama dengan manufaktur ponsel asal China, Foxconn, Djatmiko mengungkapkan belum ada langkah maju karena masih membutuhkan bantuan regulasi untuk importasi. “Sekarang itu maunya perakitan. Kalau perakitan itu setiap komponen diimpor per pieces.  Kami itu tak hanya jajaki bangun pabrik dengan Foxconn, tetapi juga lainnya,” katanya.

Perseroan sendiri tengah bersiap membangun lima gudang baru guna mengantisipasi jika  Jakarta kembali dihantam banjir seperti awal tahun ini. Dana yang disiapkan untuk satu gudang sekitar Rp 10 miliar hingga Rp 20 miliar atau total di kisaran Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar.Lokasi lainnya di Medan, Palembang, Jawa Tengah, Surabaya, dan Makassar.

Saat ini, manajemen telah memiliki lahan di Surabaya yang sudah siap dibangun gudang.Diperkirakan, waktu pembangunan lima warehouse itu memakan waktu sekitar dua tahun. Pendanaan berasal dari dana internal diluar belanja  modal sebesar Rp 100 miliar.

Pasar saham sendiri bereaksi negatif sejak Erajaya mengumumkan kinerjanya di semester pertama 2013.  Pada 30 Juli 2013  harga saham ERAA ditutup Rp 2.075 per lembar, sedangkan pada 31 Juli 2013 menjadi Rp 1.740 per lembar.(id)