Soal Carrier Billing, Google Dikabarkan Melunak

Ilustrasi (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) – Google dikabarkan mulai melunak dan mengambil langkah lebih serius untuk merealisasikan carrier billing bagi pelanggan operator yang ingin membeli aplikasi di Google Play.

Carrier billing adalah mekanisme  pembayaran bagi pengguna untuk membeli aplikasi  melalui charging pulsa.

“Sudah mulai ada kemajuan dan kabar baik soal carrier billing dengan Google. Besok saya mau rapat dengan mereka bicara hal ini,” ungkap GM Content & Application  XL Axiata Revie Sylviana kepada IndoTelko usai peluncuran Stiker SMS XL, Kamis (4/7).

Diungkapkannya, selama ini tersirat ada keraguan dari Google untuk masuk ke tahap carrier billing dengan operator dan nyaman mendapatkan pendapatan dari penjualan iklan. “Selama ini andalannya di Indonesia kan lebih menjual iklan. Sekarang mereka merasa sudah waktunya masuk ke pasar Telco lebih dalam,” katanya.

Ditambahkannya, hal yang menjadi perhatian dari Google selama ini menerapkan carrier billing adalah terkait isu pajak dan cross payment jika melibatkan kurs mata uang asing. “Itu bagaimana konversi dan lainnya. Kalau soal penggunaan platform dan engine, operator terbuka. Mau pakai eksisting atau mereka bawa sendiri,” katanya.

Sekadar diketahui, isu akan dijalankannya carrier billing antara empat operator dengan Google telah bergulir sejak akhir tahun lalu. Keempat operator yang berdiskusi dengan Google adalah  Telkomsel,  Indosat, XL, dan Axis.

Pada April 2013, pasar aplikasi Indonesia sempat dihebohkan dengan kabar  XL Axiata telah merealisasikan carrier billing dengan Google. Namun, ternyata itu bugs.

Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) yang juga Direktur Utama Telkomsel Alex J Sinaga memprediksi, pulsa sebagai alat pembayaran akan menjadi senjata mematikan dari operator lokal untuk melawan kian mengguritanya pemain Over The Top (OTT) global di Indonesia.

“Kita perlu menaikkan level of confidence dalam melawan serangan OTT.  Salah satu yang paling mudah adalah dukungan dari pemerintah menjadikan pulsa sebagai alat pembayaran,” ungkap Alex.

Menurutnya, menjadikan pulsa sebagai alat bayar bisa membuat pemerintah mendapatkan devisa bertambah, dan operator pun memiliki daya tawar lebih tinggi kala bernegosiasi.

Sekadar diketahui, Google walau sudah mendirikan kantor di Indonesia  namun  belum membuka diri sepenuhnya. Hal itu bisa terlihat dari belum ada sinyalnya keinginan mendirikan data center di Indonesia  dan tidak jelasnya setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dari transaksi sebagai pemain ad network ke pemerintah.(ct)