2012, Realisasi Keuntungan INTI hanya 44,4%

Tikno Sutisna (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) - PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau INTI meraih keuntungan selama 2012 sebesar Rp 16,69 miliar.

Raihan itu artinya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini hanya mampu mencapai 44,4% dari target   Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) dimana untuk 2012 dibidik keuntungan Rp 38 miliar.

“Melesetnya raihan keuntungan selama 2012 karena faktor perubahan harga tembaga di London Metal Exchange (LME) untuk proyek Trade In Trade Off (TITO) kabel tembaga Telkom yang jalani sejak 2011,” ungkap  Direktur Utama INTI Tikno Sutisna di Jakarta, Selasa (9/4).
 
Dijelaskannya, perseroan dalam RKAP berpatokan harga tembaga di  LME pada kisaran 62%,namun ternyata kala  appraisal dilakukan harga di  LME di 67,5%. "Melesetnya perkiraan inilah yang menjadikan keuntungan agak jauh dari RKAP," ungkap Tikno.

Direktur Pemasaran INTI Adiaris mengungkapkan, pada tahun lalu proyek dari Telkom  menopang 70% pendapatan perseroan . Pada tahun lalu Telkom sudah menurunkan tiga Purchase Order (PO) guna pergantian 11 Sentral Telepon Otomat (STO). Untuk satu PO ketiga saja dan sekitar 6 ribu ton tembaga yang dikumpulkan.

“Tahun ini diperkirakan kontribusi TITO ini akan sama juga kontribusinya ke omzet," katanya.

Proyek lainnya yang didapat INTI dari Telkom adalah pemasangan Fiber To The Home (FTTH) green field di Jawa Barat dan Jawa Tengah. PO pertama untuk proyek ini telah keluar senilai Rp 98 miliar.  

Proyek 2013
Untuk tahun ini, Tikno mengungkapkan,   perseroan   memiliki beberapa proyek pekerjaan di operator telekomunikasi seperti Telkom Grup, XL, dan Indosat. Sedangkan di PLN juga ikut mendukung proyek pembangkit di Papua dan Bangka Belitung.

Pengadaan KWH meter untuk listrik prabayar PLN. Produk yang dihasilkan sendiri adalah pemasaran produk smart meeting dan menjalankan tender proyek monitoring dan pengendalian (SMP) bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina.

Diperkirakan BBM yang dimonitoring sebanayak 40 juta liter per tahun. Alhasil nilai proyek per tahun Rp 828 miliar  atau Rp 4,14 triliun dalam lima tahun.

Perseroan sudah melakukan pemesanan ke mitra di China untuk alat berbasis Radio Frequency Identification (RFID) yang akan dipasang di nozel SPBU dan mobil untuk monitoring. Proyek ini akan berjalan pada Juli 2013.

Sedangkan untuk tahapan pengendalian BBM bersubsidi, Inti harus melakukan tambahan investasi sekitar Rp 591 miliar. Namun, tahapan ini masih menunggu aturan dari pemerintah.

"Dari proyek Pertamina ini, Inti untuk operasional sudah aman di lima tahun mendatang," katanya.

Adiaris menambahkan, perseroan juga akan melakukan ekspansi ke luar negeri pada tahun ini. Misalnya, digandeng PLN untuk proyek pengadaan KHW meter di Myanmar atau di Tunisia menggarap proyek pergantian kabel tembaga.  

"Kalau ke luar negeri ini semua memang masih kajian. Kita harus melihat pola pembayaran agar tidak menganggu kinerja keuangan Inti," jelasnya.

Lebih lanjut Tikno mengungkapkan, pada tahun  ini perseroan membidik keuntungan sebesar Rp 49 miliar  pada 2013. Penopang dari keuntungan perseroan pada 2013 akan berasal dari pendapatan sebesar Rp 2,3 triliun atau naik 91,6% dibandingkan 2012 sebesar Rp 1,2 triliun. Belanja modal yang disiapkan untuk tahun ini sekitar  Rp 70 miliar atau naik 40% dibandingkan 2012 sebesar Rp 50 miliar.(id)