2012, Smartfren Berhasil Tekan Kerugian hingga 34,8%

Ilustrasi (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) berhasil menekan kerugian yang dialaminya  berkat pendapatan yang terus tumbuh selama 2012.

Presiden Direktur Smartfren Rodolfo Paguia Pantoja dalam laporan keuangan 2012 yang dikirim ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (28/3) lalu menyatakan perseroan mengalami rugi bersih selama 2012 sebesar Rp 1.563 triliun atau turun 34,8% dari 2011 sebesar  Rp 2,4 triliun.

Keberhasilan menurunkan angka kerugian ini tak bisa dilepaskan dari raihan pendapatan selama 2012 sebesar Rp 1.649 triliun atau naik 72,8%  dibandingkan periode 2011 sebesar Rp 954,33 miliar.
 
Pemasok pendapatan Smartfren selama 2012 adalah jasa data yang berkontribusi hingga 74% yakni sebesar Rp 1,229 triliun naik dari 2011 sebesar Rp 476,523 miliar. Disusul jasa suara sebesar  Rp 217, 529 miliar turun dari  2011 sebesar Rp  250,088 miliar.

Pesan singkat (SMS) pada 2012 menghasilkan pendpaatan sebesar Rp  84,052 miliar turun dari 2011 sebesar Rp 120,920 miliar. Abonemen pada 2012 omzetnya  sebesar Rp  17,276 miliar turun dari  2011 sebesar Rp 18,108 miliar.

Berikutnya dari  interkoneksi domestik di 2012 sebesar Rp 60,072 miliar naik dari 2011 sebesar Rp 48.386 miliar dan jelajah internasional di 2012 sebesar Rp  12.267 miliar turun dari 2011 sebesar Rp 15.511 miliar.

Faktor yang menjadikan Smartfren bisa mendapatkan manfaat dari tingginya pendapatan usaha adalah kemampuan menjaga beban usaha selama 2012.
Beban usaha selama 2012 sebesar  Rp3,25 triliun naik 2,5% dari 2011 sebesar  Rp 3,17 triliun. Namun rugi usaha menurun menjadi Rp 1,60 triliun dari rugi usaha tahun sebelumnya Rp2,22 triliun.

Sementara beban lain-lain turun menjadi Rp 209 miliar dari beban lain-lain tahun sebelumnya yang Rp427,86 miliar dan rugi sebelum pajak turun menjadi Rp1,81 triliun dari rugi sebelum pajak sebelumnya Rp 2,65 triliun.

Efisiensi juga terlihat dalam mengelola  beban penjualan dan pemasaran selama 2012 dimana untuk iklan dan promosi di tahun itu hanya  sebesar Rp  236.082 miliar turun dari 2011 Rp  406.573 miliar.
 
Sepertinya fokus dari Smartfren pada penjualan langsung terlihat dari naiknya biaya kartu dan biaya voucher sebesar Rp  77,144 miliar melesat dari 2011 sebesar  Rp 35.468 miliar.

Kinerja dari emiten dengan kode saham  FREN ini juga didukung adanya keuntungan atas restrukturisasi obligasi wajib konversi senilai Rp 46,56 miliar.
Ada juga keuntungan dari perubahan nilai wajar opsi konversi sebesar Rp 24,56 miliar dari sebelumnya rugi Rp 22,32 miliar. Begitu juga dengan penghasilan bunga yang meningkat dari Rp 3,62 miliar menjadi Rp 11,09 miliar.

Walaupun beban bunga dan keuangan lainnya naik dari Rp 347,43 miliar menjadi Rp 367,98 miliar, serta kerugian kurs mata uang asing senilai Rp 115,01 miliar dari Rp 20,73 miliar, namun perseroan dapat menghilangkan kerugian investasi yang tercatat di 2011 sebesar Rp 4,78 miliar.

Utang
Sementara itu, perseroan melalui anak usaha, Smart Telecom, telah menandatangani perjanjian kredit dengan China Development Bank Corporation senilai US$ 50 juta untuk jangka waktu 36 bulan.

Pinjaman tersebut digunakan sebagai tambahan modal kerja untuk pembelian ponsel dan peralatan komunikasi nirkabel lainnya.

Fasilitas pinjaman yang dijamin secara pari-passu dengan jaminan-jaminan yang sama untuk perjanjian kredit sebelumnya dari CDB ke Smart Telecom pada 28 Desember 2006 dan 29 Juni 2011.

Berdasarkan catatan, perjanjian kredit 28 Desember 2006 nilainya US$ 300 juta dan untuk 29 Juni 2011 sebesar US$ 350 juta.  
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, untuk perjanjian 29 Juni 2011  Smart Telecom telah melakukan penarikan sebesar US$ 269.662 juta  atau setara Rp 2,440 triliun  untuk membiayai belanja modal.  

Pinjaman untuk 29 Juni 2011  dibayar dengan sebelas  kali cicilan semesteran dengan masa tenggang waktu 36 bulan atas pembayaran pokok dan akan jatuh tempo ditahun 2019.

Sedangkan untuk pinjaman 28 Desember 2006  Smart Telecom  telah melakukan penarikan pinjaman hingga 31 December 2012 sebesar US$ 299,847 juta atau setara  Rp 2.944 triliun. Dana digunakan untuk  untuk membiayai belanja modal.

Pinjaman ini dibayar dengan 12 kali cicilan semesteran dengan tenggang waktu  28 bulan atas pembayaran pokok dan akan jatuh tempo pada 2014.

Pada tahun ini perseroan akan menambah 1500-2000 BTS pada tahun 2013-2014  di Pulau Jawa dan Sumatera.  Total dana yang dikeluarkan diperkirakan sebesar US$ 100- US$150 juta.

Mitra yang akan diajak untuk perluasan jaringan terutama dalam penyediaan menara telekomunikasi diantaranya PT Inti Bangun Sejahtera, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia, PT Tower Bersama, PT Solusindo Kreasi Pratama,PT Komet Konsorsium,   PT Kopnatel Jaya, PT Sarana Inti Persada, dan PT Gihon Telekomunikasi Indonesia.

Per Januari 2013,  perusahaan mempunyai jumlah pelanggan mencapai 11,5 juta pengguna. Sedangkan Total aset sebesar Rp 14,34 triliun per Desember 2012 naik dibandingkan per Desember 2011 sebesar   Rp 12,29 triliun.(id)