3G Masih Butuh Edukasi

Ilustrasi (DOK)

JAKARTA (IndoTelko) –  Hasil riset yang dilakukan oleh Ericsson belum lama ini menyebutkan kontribusi smartphone dari 2011 ke 2012 meningkat dari 21,9% menjadi 24,2% di pasar ponsel Indonesia.

Diperkirakan di Indonesia ada sekitar 214 juta unit ponsel beredar di Indonesia pada 2012 dimana komposisinya 62% berbekal teknologi 2G dan 23% dipersenjatai 3G.

Tahun ini diperkirakan ponsel dengan teknologi 3G pangsa pasarnya akan naik yakni sekitar 30%, sedangkan 2G menjadi 58%.
Pemicu dari naiknya ponsel 3G adalah operator memang tengah mengembangkan jaringan di 3G. tercatat, peningkatan pembagian jaringan 3G/3,5G menjadi 23% dari 21% pada 2011.

Belum lagi harga ponsel pintar dengan harga jual rata-rata di bawah Rp 2.2 juta menyumbang lebih dari 54% total pasar smartphone.

Country Manager Qualcomm Indonesia Ben Siagian memprediksi tiga tahun ke depan penggunaan teknologi 3G untuk mengakses data akan membesar di Indonesia seiring ekosistem terus matang.

“Permintaan di smartphone itu besar. Operator sudah menyiapkan jaringan. Vendor ponsel sudah menurunkan harga, begitu juga pemilik chipset. Pekerjaan rumahnya adalah edukasi ke pengguna,” katanya.

Hal lainnya, lanjut Ben, adalah menggandeng pengembang aplikasi untuk mengembangkan aplikasi yang bisa bermain di teknologi 3G.
“Harus diingat, sekarang banyak pengguna ponsel itu menggunakan perangkat utnuk akses game dan lainnya. Sekali mereka mendapatkan pengalaman tak menyenangkan, teknologi nya ditinggal,” jelasnya.

Kelas Menengah
General Marketing Access Consumer Marketing  XL Axiata Selfie Dewiyanti mengungkapkan, perseroan selama 2012 membangun jaringan 3G secara all out.

“Kita tambah BTS hampir semuanya Node B (BTS 3G). Kami mengharapkan migrasi pelanggan pengguna jaringan 2G ke jaringan 3G dari segmen kelas menengah  meningkat dalam dua tahun mendatang," kata Selfie.

Diperkirakannya, 50% dari pelanggan data XL adalah dari kalangan menengah atau mencapai sekitar 12 juta nomor.     

Monetisasi
Sementara itu, Partner dari  Frost & Sullivan  Nitin Bhat memperkirakan  tahun ini   momen bagi operator  untuk melakukan monetisasi layanan data setelah  perlahan-lahan bergeser dari layanan tradisional yakni  suara dan pesan singkat (SMS).
 
“Masa monetisasi ini  akan berlangsung hingga 2015. Kunci dari monetisasi layanan data operator adalah tren meningkatnya penetrasi smartphone menjadi sekitar 30% di 2015 dari 9% di 2012,” katanya.

Saat ini Indonesia sedang mengalami fase pertumbuhan layanan data yang signifikan dengan penetrasi pengguna telekomunikasi mencapai 119% di 2012 dan akan mencapai 144,1% di 2016. Rata-rata penggunaan kartu SIM mencapai 2 SIM per pengguna.

Disarankannya,   monetisasi layanan data operator bisa dilakukan melalui program layanan mobile commerce, mobile advertising, mobile payment, machine to machine (M2M), contactless payment, adjacent market serta layanan yang bersifat ubiquitous dan bekerjasama dengan Over The Top.

Frost mengestimasi layanan M2M akan tumbuh dengan CAGR 29% dari 2010-2015. Pada 2013 layanan M2M di Indonesia diestimasi memiliki nilai US$ 26,3 juta. Sementara layanan mobile payment diperkirakan mencapai transaksi 170 juta transaksi di 2015.

Layanan mobile commerce diperkirakan tumbuh dengan CAGR 59,43% dari 2010-2015. Nilai pasar  mobile commerce diperkirakan mencapai US$ 41 juta pada 2013. Sedangkan mobile advertising juga diperkirakan naik signifikan seiring dengan bertambahnya pengguna layanan ini dari setiap operator.(id)